Januari 2016 ini, El berusia 4 tahun 2 bulan dan saya terkaget-kaget
dengan perilakunya yang mulai terlihat agresif, impulsif, dan tempramental. Sampai
puncaknya hari minggu kemarin, saya kasih tau baik-baik tetapi dia justru
banting barang, saya diludahin & paha digigit sampai perih
berdarah. Saya spontan langsung kesal, nangis dan ngucap “kenapa El kya
gini..,hiks..hiks..hiks." Segera El langsung dibawa turun sama ayahnya dan ga berapa lama mereka balik
lagi ke atas, lihat saya udah rapi dan bawa tas, El tanya “ibu mau kemana? Ibu
jangan pergi, Ibu..El minta maaf.” Saya hanya jawab “iya ibu maafin, tapi ibu
mau pergi dulu, ibu sedih lihat sikap el tadi, ibu mau sendirian dulu."
Semenjak kejadian itu, saya berkaca & bicara ke diri
sendiri, sikap el yang ajaib seperti ini apakah karena proses masa tumbuh kembangnya
dia yang sekarang!? Saya mulai mencoba untuk mengganti
pikiran negatif saya (yang dulunya berharap El harus nurut) ke pikiran positif
(ini tantangan saya sebagai orang tua yang harus membantu el dalam mengelola
emosinya)
Seharusnya saya bersyukur, dengan menjadi ibu rumah tangga, waktu 24 jam bersama El, sayalah yang justru pertama kali mengenali perubahan perilaku dia
dari mulai yg biasa sampai yang luar biasa. Bukannya dulu saya ambil keputusan
berhenti bekerja karena ingin selalu dekat dengan anak!? Ingin bangun relasi yang kuat
bersama anak!?, jadi saat saya mengalami hal seperti ini, seharusnya saya
anggap ini tantangan yang harus dihadapin, bukan sebagai beban apalagi
penyesalan. Buat strategi-strategi khusus yang langsung bisa diterapkan, misalnya
pun gagal, coba lagi strategi baru. Dengan berpikir ini adalah sebuah tantangan
dan harus gunain strategi yang banyak dalam penyelesaiannya, seharusnya saya optimis dan
semangat, kalau saya pasti mampu dan akan berhasil!
Saya mulai memperhatikan perilaku El lebih dalam lagi, apa penyebab dia sehingga
dia berprilaku negatif saat ini. Setiap hari, ada aja perilaku el yang memancing emosi saya, terutama perilaku yang menurut saya membahayakan dirinya trus karena alasan untuk keselamatan dia, secara spontan saya langsung menjerit dan keluar kata-kata dengan suara naik beberapa oktaf. Si anak mungkin merasa ibunya marahin dia, trus langsung deh dia balik serang juga.ggrrr.... Tetapi, justru disinilah peer saya yang harus saya perbaikin, bagaimana saya harus juga menjaga emosi diri sendiri di depan el...
Yang saya lihat juga, El adalah anak yang tidak
bisa dilarang untuk melakukan sesuatu tanpa ada alasan yang jelas dan nyata. Kalau
dilarang tanpa saya jelasin alasannya, lagi-lagi dia langsung balik marah,pukul,tendang,lempar barang yang ada di dekatnya, jadi terkesan dia sangat impulsif dan tempramental, padahal mungkin aja dia bersikap
seperti itu semua karena dia merasa dirinya terancam dan untuk memproteksi dirinya
sendiri, jadilah dia balas serang ibunya.
Dari kejadian-kejadian sebelumnya yang bikin panas hati, alhamdulillah, walaupun progressnya sangat pelan, sekarang saya mulai sedikit-sedikit bisa mengatasi perilaku el dengan cara yang lebih kalem, lembut dan sabar, perbanyak dzikir untuk kontrol emosi diri sendiri tanpa harus meledak-ledak. Misalnya Kejadian saat dia lagi nonton TV dan lihat
iklan ada biscuit gandum rasa coklat. Dia ngerengek minta itu langsung.
El : Ibu, el mau itu biskuit..ayo bu beli bu..
Ibu : *mikir #klo jawab langsung 'ga boleh', pasti el
marah-marah
Jawaban yang diucap 'El kemarin waktu di indomaret udah pegang itu
biskuit tapi ga jadi beli katanya mau pilih beli mainan aja' (ingetin pengalaman
lalu)
El : tapi el mau sekarang, ayo bu (nada suaranya mulai tinggi)
Ibu : iya, boleh.. belinya besok pagi
El : yaaah lammaaaa…(ngerengek)
Ibu : besok kan el mau pergi main sama ayah, disana boleh
bawa makanan, jadinya besok pagi el beli biskuit trus dimakan pas main (jelasin
sesuatu yang dia suka : besok main dan ada
biskuit + latih kesabaran)
biskuit + latih kesabaran)
El : iya deh… (kalem)
Ibu : (dalam hati) alhamdulillah ... ammaaaan..el ga pake marah-marah dan pukul ibunya
Setiap kejadian yang bisa buat el tidak bersikap impulsif, saya dalam hati langsung lega dan merasa menang..hehehe, Tetapi itu ga sepenuhnya buat hati lega, karena saya masih belum dapat solusi untuk kondisi kejadian yaitu pada saat saya atau orang lain yang udah
memberitahu secara baik-baik (tanpa emosi) ke El tetapi tetap si El jawabnya dengan nada
kesal dan marah-marah. Juga, kejadian lain
yaitu ada sikap El yang salah karena keteledoran dia sendiri misal jatuh,
kepentok tembok tapi dia malah marahin itu benda, padahal dari dia kecil dulu
tiap kali dia sakit kena benda, saya selalu bilang benda ga salah karena dia
benda mati, el nya yang harus hati-hati, dan itu berhasil, dia santai aja &
ga balik mukul atau marah-marah. Tapi
herannya di umur yg sekarang kalimat itu
udh ga mempan lagi, seakan-akan dia jagoan yang ga bisa disalahin dan dikalahin…hahaha
Saya coba pakai teknik hypnoparenting yang dulu berhasil
saya terapin (mengenai makan sehat ke El). Sedangkan untuk hasil yang ini masih juga belum
berhasil..hiks..hiks..hiks.., beberapa kali saya hipnosis, dia mengangguk tapi pas saya
ulangin lagi dia jawab “udah..udah”, berarti dia bukan dalam keadaan gelombang alpha dan theta (kondisi tenang), makanya belum berhasil. Untuk hypnoparenting kali ini agak lebih sulit dibanding
dia masih umur dibawah 3 tahun lalu. Kalau sekarang tiap digoyang2in sedikit
pipinya dia terbangun tapi ternyata langsung kondisi sadar. Jadinya sekarang diucapinnya saat dia minta
diempok2 tiap kali mau tidur sambil saya ucap kalimat dengan nada
bernyanyi “El shirazy semakin hari semakin
sabar, semakin baik dan sopan kaki dan tangannya..el shirazy baik ucapannya
juga akhlaknya” sampai akhirnya dia tertidur, smoga kalimat positifnya tetap
tersugesti &diterima saat menjelang pulas.
Saya juga diskusi ke suami, jawabannya 'satu-satunya cara untuk hadapin el terus bersabar, jangan putus asa, selalu ingetin berkali-kali ke El, ya Bu.." dalam hati jawabannya standart banget...hehehe, tapi paling tidaka kalimat suami itu bisa kuatin hati dan mental saya. Iya, kuncinya disini saya secara mentality harus lebih bagus, saya harus selalu banyak belajar ilmu parenting dan mempraktekannya, akan terus trial dan error, dan mengandalkan rekaman historis masa lalu dalam menghandle anak. Yang saya butuhkan tidak hanya being happy, tapi being happy in the proper way, and keep learning being parent properly..