Selasa, 12 Januari 2016

Emosi Ibu & Anak

Januari 2016 ini, El berusia 4 tahun 2 bulan dan saya terkaget-kaget dengan perilakunya yang mulai terlihat agresif, impulsif, dan tempramental. Sampai puncaknya hari minggu kemarin, saya kasih tau baik-baik tetapi dia justru banting barang, saya diludahin & paha digigit sampai perih berdarah. Saya spontan langsung kesal, nangis dan ngucap “kenapa El kya gini..,hiks..hiks..hiks." Segera El langsung dibawa turun sama ayahnya dan ga berapa lama mereka balik lagi ke atas, lihat saya udah rapi dan bawa tas, El tanya  “ibu mau kemana? Ibu jangan pergi, Ibu..El minta maaf.”  Saya hanya jawab “iya ibu maafin, tapi ibu mau pergi dulu, ibu sedih lihat sikap el tadi, ibu mau sendirian dulu."

Semenjak kejadian itu, saya berkaca & bicara ke diri sendiri, sikap el yang ajaib seperti ini apakah karena proses masa tumbuh kembangnya dia yang sekarang!?  Saya mulai mencoba untuk mengganti pikiran negatif saya (yang dulunya berharap El harus nurut) ke pikiran positif (ini tantangan saya sebagai orang tua yang harus membantu el dalam mengelola emosinya)

Seharusnya saya bersyukur, dengan menjadi ibu rumah tangga, waktu 24 jam bersama El, sayalah yang justru pertama kali mengenali perubahan perilaku dia dari mulai yg biasa sampai yang luar biasa. Bukannya dulu saya ambil keputusan berhenti bekerja karena ingin selalu dekat dengan anak!? Ingin bangun relasi yang kuat bersama anak!?,  jadi saat saya mengalami hal seperti ini, seharusnya saya anggap ini tantangan yang harus dihadapin, bukan sebagai beban apalagi penyesalan. Buat strategi-strategi khusus yang langsung bisa diterapkan, misalnya pun gagal, coba lagi strategi baru. Dengan berpikir ini adalah sebuah tantangan dan harus gunain strategi yang banyak dalam penyelesaiannya, seharusnya saya optimis dan semangat, kalau saya pasti mampu dan akan berhasil!

Saya mulai memperhatikan perilaku El lebih dalam lagi, apa penyebab dia sehingga dia berprilaku negatif saat ini. Setiap hari, ada aja perilaku el yang memancing emosi saya, terutama perilaku yang menurut saya membahayakan dirinya trus karena alasan untuk keselamatan dia, secara spontan saya langsung menjerit dan keluar kata-kata dengan suara naik beberapa oktaf. Si anak mungkin merasa ibunya marahin dia, trus langsung deh dia balik serang juga.ggrrr.... Tetapi, justru disinilah peer saya yang harus saya perbaikin, bagaimana saya harus juga menjaga emosi diri sendiri di depan el...

Yang saya lihat juga, El adalah anak yang tidak bisa dilarang untuk melakukan sesuatu tanpa ada alasan yang jelas dan nyata. Kalau dilarang tanpa saya jelasin alasannya, lagi-lagi dia langsung balik marah,pukul,tendang,lempar barang yang ada di dekatnya, jadi terkesan dia sangat impulsif dan tempramental, padahal mungkin aja dia bersikap seperti itu semua karena dia merasa dirinya terancam dan untuk memproteksi dirinya sendiri, jadilah dia balas serang ibunya.

Dari kejadian-kejadian sebelumnya yang bikin panas hati, alhamdulillah, walaupun progressnya sangat pelan, sekarang saya mulai sedikit-sedikit bisa mengatasi perilaku el dengan cara yang lebih kalem, lembut dan sabar, perbanyak dzikir untuk kontrol emosi diri sendiri tanpa harus meledak-ledak. Misalnya Kejadian saat dia lagi nonton TV dan lihat iklan ada biscuit gandum rasa coklat. Dia ngerengek minta itu langsung. 

El     : Ibu, el mau itu biskuit..ayo bu beli bu..
Ibu   : *mikir #klo jawab langsung 'ga boleh', pasti el marah-marah
           Jawaban yang diucap 'El kemarin waktu di indomaret udah pegang itu biskuit tapi ga jadi beli            katanya mau pilih beli mainan aja' (ingetin pengalaman lalu)
El     : tapi el mau sekarang, ayo bu (nada suaranya mulai tinggi)
Ibu   : iya, boleh.. belinya besok pagi
El     : yaaah lammaaaa…(ngerengek)
Ibu   : besok kan el mau pergi main sama ayah, disana boleh bawa makanan, jadinya besok pagi el           beli biskuit trus dimakan pas main (jelasin sesuatu yang dia suka : besok main dan ada    
          biskuit + latih kesabaran)
El     : iya deh… (kalem)
Ibu   : (dalam hati) alhamdulillah ... ammaaaan..el ga pake marah-marah dan pukul ibunya

Setiap kejadian yang bisa buat el tidak bersikap impulsif, saya dalam hati langsung lega dan merasa menang..hehehe, Tetapi itu ga sepenuhnya buat hati lega, karena saya masih belum dapat solusi untuk kondisi kejadian yaitu pada saat saya atau orang lain yang udah memberitahu secara baik-baik (tanpa emosi) ke El tetapi tetap si El jawabnya dengan nada kesal dan marah-marah. Juga, kejadian lain yaitu ada sikap El yang salah karena keteledoran dia sendiri misal jatuh, kepentok tembok tapi dia malah marahin itu benda, padahal dari dia kecil dulu tiap kali dia sakit kena benda, saya selalu bilang benda ga salah karena dia benda mati, el nya yang harus hati-hati, dan itu berhasil, dia santai aja & ga balik mukul atau marah-marah.  Tapi herannya  di umur yg sekarang kalimat itu udh ga mempan lagi, seakan-akan dia jagoan yang ga bisa disalahin dan dikalahin…hahaha 

Saya coba pakai teknik hypnoparenting yang dulu berhasil saya terapin (mengenai makan sehat ke El). Sedangkan untuk hasil yang ini masih juga belum berhasil..hiks..hiks..hiks.., beberapa kali saya hipnosis, dia mengangguk tapi pas saya ulangin lagi dia jawab “udah..udah”, berarti dia bukan dalam keadaan gelombang alpha dan theta (kondisi tenang), makanya belum berhasil. Untuk hypnoparenting kali ini agak lebih sulit dibanding dia masih umur dibawah 3 tahun lalu. Kalau sekarang tiap digoyang2in sedikit pipinya dia terbangun tapi ternyata langsung kondisi sadar.  Jadinya sekarang diucapinnya saat dia minta diempok2 tiap kali mau tidur sambil saya ucap kalimat dengan nada bernyanyi  “El shirazy semakin hari semakin sabar, semakin baik dan sopan kaki dan tangannya..el shirazy baik ucapannya juga akhlaknya” sampai akhirnya dia tertidur, smoga kalimat positifnya tetap tersugesti &diterima saat menjelang pulas.

Saya juga diskusi ke suami, jawabannya 'satu-satunya cara untuk hadapin el terus bersabar, jangan putus asa, selalu ingetin berkali-kali ke El, ya Bu.." dalam hati jawabannya standart banget...hehehe, tapi paling tidaka kalimat suami itu bisa kuatin hati dan mental saya. Iya, kuncinya disini saya secara mentality harus lebih bagus, saya harus selalu banyak belajar ilmu parenting dan mempraktekannya, akan terus trial dan error, dan mengandalkan rekaman historis masa lalu dalam menghandle anak. Yang saya butuhkan tidak hanya being happy, tapi being happy in the proper way, and keep learning being parent properly..